Taat pada pemimpin adalah suatu ibadah dan akan diberi ganjaran karena taat pada pemimpin diperintah oleh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengatakan bahwa barangsiapa yang taat pada pemimpin berarti ia mentaati Rasul.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ
أَطَاعَنِى فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ يَعْصِنِى فَقَدْ عَصَى اللَّهَ
وَمَنْ يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِى وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ
فَقَدْ عَصَانِى
"Barangsiapa mentaatiku, maka ia
berarti mentaati Allah. Barangsiapa yang tidak mentaatiku berarti ia
tidak mentaati Allah. Barangsiapa yang taat pada pemimpin berarti ia
mentaatiku. Barangsiapa yang tidak mentaatiku berarti ia tidak
mentaatiku." (HR. Bukhari no. 7137 dan Muslim no. 1835).
Yang dimaksud amir adalah orang yang punya wilayah kekuasaan seperti khalifah dan lainnya.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Wajib patuh dan taat pada pemimpin (imam a'zhom) dan setiap yang diberi mandat untuk memimpin suatu wilayah yang khusus.
2-
Mentaati penguasa adalah suatu ibadah yang diberi ganjaran pahala. Jadi
janganlah dikira bahwa hal ini adalah ketaatan biasa karena mentaati
pemimpin diperintah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
3- Barangsiapa mentaati Rasul berarti dia mentaati Allah karena Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mentaati Allah. Allah juga memerintahkan untuk mentaati Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.
---
Referensi:
Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al Hilali, terbitan Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H, 1: 660.
---
Akhukum fillah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar