Setiap muslim diperintahkan untuk taat pemimpin. Siapa saja yang
tidak mentaati pemimpinnya, maka ia dikatakan mati dalam keadaan mati
jahiliyah. Apa yang dimaksud mati jahiliyah?
Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
((
مَنْ خَلَعَ يَداً مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ
حُجَّةَ لَهُ ، وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ في عُنُقِهِ بَيْعَةٌ ، مَاتَ
مِيتَةً جَاهِلِيَّةً )) رواه مسلم .
وفي رواية لَهُ : (( وَمَنْ مَاتَ وَهُوَ مُفَارِقٌ لِلجَمَاعَةِ ، فَإنَّهُ يَمُوتُ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً )) .
"Barangsiapa
melepaskan tangan dari ketaatan pada penguasa, maka ia akan bertemu
dengan Allah pada hari kiamat dalam ia tidak punya argumen apa-apa untuk
membelanya. Barangsiapa yang mati dan di lehernya tidak ada bai'at,
maka ia mati seperti keadaan orang jahiliyah" (HR. Muslim no. 1851).
Dalam riwayat lain dari Imam Muslim disebutkan, "Siapa yang mati dan ia berpisah dari jama'ah, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyah."
Pengertian Hadits
Yang
dimaksud melepaskan tangan dari ketaatan adalah tidak mau taat pada
pemimpin padahal ketaatan tersebut bukan dalam perkara maksiat, lalu ia
enggan berbaiat pada pemimpin.
Yang dimaksud tanpa argumen yang membelanya adalah tidak ada uzur (alasan) ketika ia membatalkan janjinya untuk taat.
Sedangkan kalimat tidak ada baiat di lehernya adalah tidak mau berbai'at, yaitu mengikat janji setia untuk taat pada pemimpin.
Mati jahiliyah yang dimaksud adalah mati dalam keadaan sesat dan salah jalan
sebagaimana keadaan orang-orang jahiliyah karena dahulu mereka tidak
mau taat pada pemimpin bahkan mereka menilai 'aib jika mesti taat
seperti itu. Namun bukanlah yang dimaksud mati jahiliyah adalah mati
kafir sebagaimana sangkaan sebagian golongan yang keliru dan salah
paham.
Adapun yang dimaksud berpisah dari jama'ah adalah
menyelisihi kaum muslimin dalam bai'at serta tidak mau patuh dan taat
kepada pemimpin yang ada.
Faedah Hadits
1-
Wajib mentaati jama'ah atau penguasa yang sah dan wajib berbai'at pada
mereka. Dan jama'ah yang dimaksud di sini bukanlah kelompok, golongan,
atau kumpulan orang tertentu tetapi yang dimaksud adalah yang punya
kuasa dan punya wilayah yang sah. Sehingga jika di negara NKRI, taat
pada jama'ah berarti taat pada pimpinan negara selama bukan dalam hal
maksiat.
2- Siapa yang enggan taat pada penguasa dengan
membatalkan janji setianya untuk taat (baca: bai'at), maka ia berarti
telah terjerumus dalam dosa besar dan telah serupa dengan kelakuan orang
Jahiliyah.
3- Hendaknya setiap umat memiliki pemimpin yang urusan agama diatur oleh mereka.
4-
Mati jahiliyah bukan berarti mati kafir tetapi mati dalam keadaan tidak
taat pada pemimpin. Sehingga orang-orang yang enggan taat pada pemimpin
atau penguasa yang mengatur maslahat mereka, maka ia pantas menyandang
sifat ini.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita pemimpin yang
jujur dan adil, yang mampu menyejahterakan rakyat. Moga kita pun
dikarunia oleh Allah sebagai hamba yang taat pada Allah, Rasul-Nya dan
ulil amri kaum muslimin.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi:
Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al Hilali, terbitan Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H, 1: 655.
---
Akhukum fillah,
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar