Rabu, 17 Juli 2013

Amalan-Amalan di Bulan Ramadhan

Kehadiran bulan suci Ramadhan menjadi sebuah hadiah yang indah bagi kita, karena padanya kebaikan bernilai lebih serta berlipat ganda, dan terdapat padanya amalan-amalan yang tidak terdapat pada bulan lainnya.

Saudaraku, bulan Ramadhan yang hanya berlalu satu tahun sekali, merupakan jarak waktu yang membawa kita pada suatu keadaan, dimana kita terkadang agak terlupakan dengan amalan-amalan di tahun sebelumnya. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mengingatnya kembali.

1. Puasa

Amalan yang pertama dan paling utama di bulan Ramadhan adalah melaksanakan puasa yang merupakan rukun Islam yang keempat. Semua kita mengetahui tentang hal itu, tapi yang perlu kita ingat bahwa puasa setiap orang dari kita berbeda nilai dan pahalanya di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu, mari kita berpuasa bukan sekedar untuk melepaskan kewajiban, tapi kita melaksanakannya dengan penuh keimanan dan mengharap balasan Allah. Kita merasa senang dengan puasa dan bukan merasa terbebani. Kita melaksanakan kewajiban dan sunnah-sunnahnya serta meninggalkan larangan dan hal-hal yang mengurangi nilainya, sehingga kita menjadi bagian dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan setiap anak Adam dilipat gandakan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman : ‘Kecuali puasa, ia adalah untuk-Ku. Aku yang membalasnya (tanpa batasan tadi). Ia (orang yang berpuasa-red) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku”. (HR. Muslim)

2. Shalat Malam (Tarawih) 

Shalat malam adalah shalat sunnah yang sangat besar pahalanya baik dikerjakan di bulan Ramadhan ataupun di luar bulan Ramadhan. Namun shalat malam di bulan Ramadhan yang kita kenal dengan shalat Tarawih memiliki keutamaan lebih daripada di selain bulan Ramadhan. Maka hendaklah kita berlomba-lomba untuk melakukannya. Suasana Ramadhan dan balasan pahala yang besar memberikan kepada kita semangat yang lebih untuk melaksanakannya. Dan semoga apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan menjadi latihan bagi kita untuk membiasakan diri setelah Ramadhan berlalu.

Diantara pahala yang besar dari shalat Tarawih adalah diampuni dosa yang telah lalu, -semoga kita menjadi bagian darinya-, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosanya yang telah lalu”. (Muttafaqun ‘alaih)

3. Membaca dan Tadabbur Al Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an. Pada bulan Ramadhan, Al Qur’an diturunkan. Allah Ta’ala berfirman, “Bulan Ramadhan, bulan yang diturunkan di dalamnya Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)” (QS. Al Baqarah : 185)

Pada bulan Ramadhan, Jibril ‘alahis salam menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersama membaca dan mengulangi bacaan Al Qur’an. Di bulan Ramadhan, para Shahabat dan salafus shalih berlomba-lomba mengkhatamkan Al Qur’an, baik dalam bacaan shalat ataupun bacaan di luar shalat.

Al Qur’an adalah kitab petunjuk. Dan agar kita bisa mengambil petunjuk darinya, maka kita harus memahami arti dan maknanya. Membaca Al Qur’an adalah amalan yang luar besar nilainya. Tapi mentaddaburi dan memahami maknanya, kemudian mengambil petunjuk hidup darinya, itulah tujuan Al Qur’an diturunkan. Oleh karena itu, mari kita jadikan bulan Ramadhan bulan membaca dan mentaddaburi Al Qur’an.

4. Sedekah

Amalan ibadah bulan Ramadhan tidak hanya yang berhubungan langsung dengan Allah Ta’ala, tapi juga terdapat amalan yang memberikan efek kebaikan langsung kepada orang lain, salah satunya adalah sedekah. Memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan kedermawaan beliau akan bertambah pada bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibril. Beliau bertemu dengan Jibril setiap malam Ramadhan untuk mempelajari Al-Qur’an, dan  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dari hembusan angin (yakni sangat mudah mengeluarkan sedekah).” (HR. Bukhari)

Sedekah di bulan Ramadhan bisa kita lakukan dengan mengeluarkan sedekah seperti biasanya, dan kita akan mendapatkan nilai lebih jika sedekah itu dilakukan dengan memberi makanan berbuka, karena kita mendapatkan pahala sedekah dan pahala memberi makan orang berbuka puasa.

4. I’tikaf

I’tikaf dilakukan dengan menetap di masjid selama waktu i’tikaf, baik itu siang ataupun malam hari, dan tidak keluar dari masjid kecuali untuk memenuhi kebutuhan yang darurat, seperti makan dan buang air.

Seorang yang beri’tikaf menyibukkan dirinya hanya dengan ibadah, berdzikir, membaca Al Qur’an, memperbanyak shalat, dan amalan-amalan ibadah yang lainnya. Ia meninggalkan pekerjaan yang melalaikan dan amalan yang sia-sia sehingga waktu ia beri’tikaf benar-benar menjadi waktu yang ia khususkan untuk mendekat dirinya kepada Allah Ta’ala. I’tikah merupakan kebiasaan dan keteladan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan, sebagaimana yang disebutkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf selama sepuluh hari setiap bulan Ramadhan, dan beri’tikaf selama dua puluh hari pada tahun beliau wafat”. (HR. Bukhari)

5. Menghidupkan Malam Lailatul Qadar

Dengan kasih sayang dan rahmat-Nya, Allah Ta’ala menghadiakan kita satu malam yang istimewa di bulan Ramadhan, malam yang barangsiapa menghidupkannya, akan diampuni dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari). Bahkan mendapat pahala yang berlipat ganda yang lebih baik dari amalan seribu bulan. Pahala seperti ini hanya ada pada malam itu. Allah Ta’ala berfirman tentangnya (yang artinya), “Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al Qadar : 3).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghidupkan malam laitul qadar dan menganjurkan umatnya untuk menghidupkannya. Oleh karena itu, mari kita berlomba-lomba untuk menghidupkan malam laitul qadar dengan memperbanyak amalan-amalan ibadah padanya.

Malam itu adalah salah satu dari malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Dan pada malam ke-27, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat kuat tentangnya, tanpa memastikannya sebagai malam lailatul qadar.

6. Umrah di Bulan Ramadhan

            Setiap hati pasti rindu untuk datang ke Masjidil Haram untuk thawaf mengelilingi Ka’bah, shalat di hadapannya bersama jutaan kaum muslimin lainnya. Ibadah umrah dapat dilakukan sepanjang tahun. Namun umrah di bulan Ramadhan memiliki nilai pahala yang lebih tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umrah di bulan Ramadhan (pahalanya) menyerupai haji” (HR. Tirmidzi)

Semoga Allah Ta’ala memudahkan jalan bagi kita untuk melaksanakan umrah di bulan Ramadhan dan memberi taufik dan inayah-Nya kepada kita agar dapat menghidupkan bulan Ramadhan dengan amal-amal kebaikan. Amiin.

Penulis : Ustadz Sanusin Muhammad, M.A (Alumni S2 Universitas Islam Madinah Jurusan Tarbiyah) 

Ziyadah


Figur Anti Korupsi Dan Anti KezhalimanBerbicara tentang suap atau korupsi seakan memperdalam luka dan nestapa bagi rakyat indonesia. Korupsi telah menjadi budaya dan tradisi . Suap juga telah menjadi aturan tak tertulis di negri tercinta ini.

Walau demikian, asa tetap ada dan harapan tetap berkobar bahwa suatu saat nanti negri kita akan dipimpin oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan meneladani sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seutuhnya tanpa ditambah atau dikurangi. Semoga kisah pendek berikut menjadi inspirasi bagi saudaraku sekalian untuk bisa bersikap adil dan jujur.

Sahabat ‘Abdullah bin Rawahah radhiyallahu ‘anhu diutus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaksir kewajiban upeti/kharaj yang harus dibayarkan oleh kaum yahudi negri Khaibar.Setelah menaksir kewajiban upeti yang harus mereka bayarkan, pemuka-pemuka yahudi Khaibar menawarkan uang suap kepadanya agar sedikit mengurangi kewajiban kharaj yang harus mereka tunaikan. Mendapat tawaran ini, bukannya beliau senang, namun sebaliknya beliau marah besar dan berkata, “Wahai musuh-musuh Allah! Apakah kalian akan memberiku harta haram?

Sungguh aku adalah utusan orang yang paling aku cintai. Sedangkan kalian adalah orang yang paling aku benci, lebih aku benci dibanding perkumpulan kera dan babi sebanyak kalian. Walau demikian, kebencianku kepada kalian dan cintaku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjadikan aku berbuat curang kepada kalian!”Mendengar jawaban ini, kaum yahudi berkata, “Dengan sikap seperti inilah langit dan bumi dapat tegak” ( Riwayat Imam Malik, Ahmad, Ibnu Hibban dan lainnya)

Oleh : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri (Alumni S3 Universitas Islam Madinah jurusan fiqih, staf pengajar Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah (STDI) Jember, dan kontributor www.PengusahaMuslim.com) Dikutip dari status facebook beliau (http://www.facebook.com/muhammadarifin.badri)

Sumber : Buletin At Tauhid Muslim.Or.Id 

STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar