Alhamdulillah, penulis memuji kepada Allah. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, keluarganya,
sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Saudaraku yang berbahagia, asyahadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu
anna muhammadan rasulullah adalah dua kalimat syahadat. Kalimat ini
senantiasa diucapkan dalam shalat, adzan, dan selainnya. Akan tetapi,
sudah pahamkah dengan maknanya?
Definisi Syahadat
Kata “syahadat” dalam bahasa arab diambil dari kata “musyahadah” yang
artinya “melihat dengan mata kepala”. “Syahadat” adalah mengungkapkan
isi hati. Oleh karena itu, “syahadat” haruslah mengandung keyakinan hati
yang kokoh dan pengungkapan secara lisan. Maka, orang yang bersyahadat
“Asyahadu an Laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah”
berarti ia mengakui dengan lisan dan hati secara yakin bagaikan ia
melihat dengan mata kepala.
Wajib Diucapkan dan Tahu Maknanya
Saudaraku, ada sebagian orang yang beranggapan bahwa seseorang sudah
dikatakan muslim dengan semata-mata hatinya tahu makna syahadat tanpa
perlu mengucapkannya. Anggapan ini adalah anggapan yang salah. Syaikh
Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan: ”Orang yang tidak mau
mengucapkan syahadat tidak disebut muslim meskipun ia mengetahui
maknanya dengan hatinya…” [lihat I’anatul Mustafid]
Ada sebagian pula yang beranggapan bahwa syahadat sudah cukup dengan
diucap tanpa perlu tahu maknanya. Ini juga anggapan yang salah. Syaikh
Abdurrahman Bin Hasan rahimahullah mengatakan: “Ada pun hanya sekedar
mengucap syahadat dengan lisan semata tanpa mengetahui maknanya dan
tidak menyakini dengan sepenuh hati, maka hal itu tidak bermanfaat sama
sekali bagi si pengucap“ [lihat Fathul Majid]
Satu Kesatuan Yang Tak Terpisahkan
Dua kalimat syahadat adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan
bagaikan 2 sisi dari mata uang. Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah
mengatakan : “Syahadat laa ilaaha illallah semata belumlah mencukupi
akan tetapi harus diringi dengan syahadat muhammadan rasulullah.
Seseorang yang hanya bersyahadat “Asyhadu an laa ilaaha illallah” saja
dan menolak untuk bersyahadat “Asyhadu anna muhammadan rasulullah” maka
ia bukanlah seorang muslim.” [I’anatul Mustafid]
Nikmat Terbesar
Saudaraku yang berbahagia, di antara nikmat terbesar yang diberikan
kepada hamba adalah nikmat mengetahui makna syahadat. Bagaimana tidak?
Karena orang yang mengetahui makna syahadat berarti ia mengetahui
hak-hak Allah dan RasulNya. Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata :
“Tiada nikmat yang lebih besar yang Allah berikan kepada hambaNya
melebihi nikmat mengetahui makna laa ilaaha illallah. Dan laa ilaaha
illallah bagi penghuni surga bagaikan air bagi penghuni dunia…” [kutipan
Syaikh Shalih bin Fauzan dalam tulisan beliau yang berjudul Ma’na laa
ilaaha illallah]
Makna Syahadat Laa ilaaha illallah
Laa ilaaha illallah mengandung 2 rukun yaitu nafyu (peniadaan-red) dan
isbat (penetapan-red). “Laa ilaaha” adalah nafyu dan “illallah” adalah
isbat. Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan: “Laa ilaaha
adalah nafyu yaitu membatalkan dan mengingkari segala bentuk peribadahan
yang ditujukan kepada selain Allah. Sedangkan lafadz illallah adalah
isbat, yaitu menetapkan peribadahan hanya untuk Allah saja. Oleh karena
itu, makna yang benar untuk “laa ilaaha illallah” adalah “tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata”. [I’anatul
Mustafid]
Memaknai Laa ilaaha illallah dengan makna “tiada sesembahan yang
berhak diibadahi kecuali Allah semata” sejalan dengan Al Qur’an. Allah
berfirman (yang artinya), “Demikianlah, sungguh Allah adalah yang benar
dan yang mereka ibadahi dari selain Allah adalah bathil. Dan
sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Agung” (QS. Luqman : 30)
Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Ada pun
menerjemahkan “laa ilaaha illallah” dengan “tidak ada sesembahan selain
Allah” maka terjemahan semacam ini mengandung makna yang batil karena
berkonsekuensi menjadikan semua yang diibadahi oleh manusia sebagai
Allah. Dengan demikian, berarti berhala, kuburan, bintang, dan
semacamnya adalah Allah. Ini adalah kesalahan yang fatal”. [I’anatul
Mustafid]
Makna Syahadat Muhammad Rasulullah
Syahadat muhammad rasullah artinya menetapkan bahwa tiada manusia yang
berhak diikuti seutuhnya kecuali Muhammad bin Abdillah bin Abdil
Muthallib Al Hasyimi Al Qurasyi shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau
adalah seorang hamba yang tidak memiliki sifat ketuhanan sama sekali dan
seorang rasul yang tidak boleh didustakan. Allah berfirman (yang
artinya) : “Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminah, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu pilihan, mereka masih memilih pilihan
sendiri. Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguh ia
telah tersesat dengan kesesatan yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36).
Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah mengatakan: “Makna syahadat
muhammad rasulullah yaitu mentaati semua perintah Rasulullah,
membenarkan semua berita yang dibawanya, menjauhi semua larangannya dan
tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan tata cara yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tuntunkan” [Al Ushuluts Tsalatsah]
Harus Diamalkan
Saudaraku, syahadat tidaklah cukup diucap dan diketahui maknanya akan
tetapi harus diamalkan. Seseorang yang telah bersyahadat laa ilaaha
illallah dan muhammad rasulullah maka syahadatnya haruslah dibuktikan
dengan tindakan nyata, yaitu mengikhlashkan semua amalan ibadah kepada
Allah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan kepada Allah. Kemudian,
ia melakukan semua amalan ibadah tersebut sesuai dengan tuntunan
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Syahadat Bisa Batal
Syahadat bisa batal manakala seseorang melanggar rukun dan syarat
syahadat. di antara pembatal syahadat yaitu syirik, murtad, tidak
menyakini kafirnya Yahudi dan Nasrani dan sebagainya. Penjelasan lebih
lanjut terkait pembatal syahadat silakah merujuk kepada kitab-kitab para
ulama. Semoga tulisan yang ringkas ini bermanfaat. Hanya kepada Allah,
penulis memohon taufik dan hidayahNya. Semoga kita diwafatkan dalam
keadaan mentauhidkan Allah. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad wa
‘ala alihi wa sallama tasliiman katsiran.
Sumber : Muslim.Or.Id
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar