Pengertian Syirik dan Pembagiannya
Syirik adalah lawan dari tauhid. Jika
yang dimaksud dengan tauhid adalah mengesakan dan mengkhususkan Allah
dalam perbuatanNya (rububiyah), dalam hal ibadah (uluhiyah), dan dalam hal nama dan sifatNya (asma’ wa sifat),
maka syirik adalah kebalikannya, yaitu menyekutukan Allah dalam hal
yang sebenarnya menjadi kekhususan bagi Allah, baik dalam perbuatanNya (rububiyah), dalam hal ibadah (uluhiyah), atau dalam hal nama dan sifatNya (asma’ wa sifat).
Syirik dalam hal perbuatan (rububiyah)
Allah adalah meyakini adanya makhluk selain Allah yang mampu mencipta,
mematikan, menyembuhkan orang sakit, mendatangkan rizki, mendatangkan
bencana, dll. yang sebenarnya perbuatan tersebut adalah hak Allah.
Syirik dalam hal ibadah (uluhiyah) adalah melakukan ibadah kepada selain Allah baik ibadah itu berupa do’a, menyembelih, tawakkal, bersedekah, dll. Adapun syirik dalam nama-nama dan sifat (asma’ wa sifat)
Allah adalah meyakini bahwa adanya makhluk yang memiliki nama dan sifat
yang itu sebenarnya adalah kekhususan bagi Allah semisal mengetahui hal
yang gaib.
Menurut kadarnya, syirik terbagi dua,
yaitu syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil). Syirik akbar
adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya (yaitu dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa sifat)
yang mengakibatkan batalnya keislaman pelakunya. Sedangkan syirik
asghar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya akan tetapi
–berdasarkan Al Qur’an dan hadits– tidaklah menyebabkan keislaman
pelakunya batal. Pada kesempatan kali ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai syirik akbar.
Konsekuensi Syirik akbar
Selain menyebabkan batalnya keislaman
seseorang, ada beberapa konsekuensi yang akan didapatkan oleh orang yang
melakukan syirik akbar, diantaranya:
Menutup Pintu Surga
Pelaku syirik akbar telah Allah haramkan untuk masuk surga dan tempatnya di akhirat adalah neraka –wal ‘iyadzubillah–. Hal ini sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang
menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya kelak adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72)
Menutup Pintu Ampunan Allah
Barangsiapa mati dalam keadaan belum
bertaubat dari perbuatan syirik akbar, maka ia telah menutup pintu
ampunan Allah, sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS.An Nisa’ : 48)
Mengahapus Seluruh Amalan
Akan sia-sialah seluruh amalan yang
pernah dilakukan oleh seseorang yang melakukan syirik akbar –jika ia
tidak bertaubat–, sebagaimana firman Allah
“Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah seluruh amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS.Az zumar: 65)
Contoh-contoh Syirik Akbar
Meski pun syirik akbar adalah perbuatan
dosa yang paling besar dosanya, perbuatan dzalim yang paling dzalim,
dan perbuatan kufur yang paling kufur, akan tetapi masih banyak di
antara kaum muslimin di zaman ini yang masih terjerumus ke dalam
perbuatan ini. Berikut di antara contohnya:
Menyembelih untuk Selain Allah
Menyembelih hewan/kurban adalah di antara bentuk ibadah kepada Allah, sebagaimana Allah memerintahkan dalam surat Al Kautsar:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS.Al Kautsar: 2)
Sesuatu yang Allah perintahkan maka itu
adalah ibadah. Karena menyembelih hewan atau berkurban adalah ibadah
maka sembelihan tersebut haruslah ditujukan kepada Allah semata. Betapa
banyak kita lihat pada zaman sekarang ini, termasuk di Indonesia, kaum
muslimin yang melakukan sembelihan bukan untuk Allah, akan tetapi untuk
jin atau ‘makhluk gaib’ yang dianggap menunggui suatu tempat. Misalnya
adalah sembelihan yang menjadi syarat sebelum dibangunnya sebuah gedung
atau jembatan di suatu tempat yang diyakini apabila syarat tersebut
tidak dipenuhi, ‘penunggu’ tempat tersebut akan murka. Perbuatan semacam
ini jelas merupakan sebuah perbuatan syirik akbar.
Ngalap Berkah
Yang berhak dan mampu mendatangkan
keberkahan kepada seorang makhluk hanyalah Allah semata. Jika demikian,
tidak semestinya seorang makhluk meminta berkah kepada selain Allah,
atau juga meminta berkah kepada Allah dengan cara yang tidak pernah
Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Bahkan berdasarkan banyak ayat Al Qur’an
dan hadits meminta berkah kepada selain Allah tergolong ke dalam
perbuatan syirik akbar. Betapa banyak orang yang mengharap berkah kepada
pohon yang dianggap suci, batu yang dianggap mistis, bangunan dan tempa
yang dianggap keramat. Walaupun orang-orang yang mengharap berkah dari
benda-benda tersebut berkeyakinan bahwa Allahlah yang mendatangkan
berkah, perbuatan seperti ini tetap tidak benar karena Allah dan
Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan untuk melakukan hal tersebut.
Berdo’a kepada Selain Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Do’a itu ibadah.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi, hasan shahih)
Karena do’a adalah ibadah maka wajib
hanya ditujukan kepada Allah semata. Di zaman ini betapa banyak orang
yang berdo’a kepada wali, orang shalih, atau kiai yang telah mati.
Jangankan kepada wali, orang shalih, atau kyai, berdo’a kepada Nabi
Muhammad yang merupakan makhluk paling mulia saja adalah perbuatan
terlarang yang merupakan di antara bentuk syirik akbar. Walaupun
orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah tersebut berkeyakinan
Allahlah yang mengabulkan do’a, sementara wali, orang shalih, atau kyai
tersebut hanyalah perantara agar Allah mau mengabulkan, maka hal
tersebut tetaplah tercela di sisi Allah.
Sebagaimana Allah dalam Al
Qur’an mencela orang-orang musyrik yang berkata:
‘Sesungguhnya kami tidak menyembah
mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya’ ” QS. Az-Zumar : 3)
Kerancuan Soal Syirik Akbar
Ada beberapa anggapan yang tidak benar yang menyebar di kaum muslimin saat ini terkait syirik akbar. Berikut di antaranya:
Anggapan bahwa Syirik Akbar itu Hanya dalam Rububiyah
Ada anggapan bahwa syirik itu hanyalah terjadi dalam hal rububiyah Allah dan tidak ada syirik dalam hal uluhiyah dan asma’ wa sifat
Allah. Sehingga yang namanya syirik hanyalah jika seseorang
beranggapan bahwa ada tuhan dan pencipta selain Allah. Anggapan seperti
ini tidak benar dan bertentangan dengan apa yang didakwahkan dan
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah tidaklah mendakwahi orang-orang kafir dari bangsa arab yang melakukan syirik dalam hal rububiyah, akan tetapi orang-orang kafir tersebut melakukan syirik dalam hal uluhiyah.
Orang kafir arab adalah orang-orang yang telah meyakini bahwa Allah
adalah pencipta alam semesta, namun mereka masih didakwahi dan diperangi
oleh Rasulullah karena mereka melakukan kesyirikan dalam hal ibadah mereka, sebagaimana Allah berfirman:
“Katakanlah (kepada kaum musyiriki),
’Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya jika kamu
mengetahui?’ Mereka (kaum musyrikin) akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah’.” (QS. Al Mu’minun: 84)
Anggapan bahwa Syirik Akbar Hanya Menyembah Berhala
Adalagi anggapan bahwa yang namanya
syirik akbar itu adalah jika seseorang menyembah berhala sebagaimana
orang-orang musyrik pada zaman Rasulullah yang menyembah berhala.
Anggapan ini tentulah tidak benar, Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah semata dengan memurnikan ibadah kepada-Nya” (QS. Al Bayyinah: 5 )
Maka ibadah apapun itu jenisnya haruslah
ditujukan kepada Allah dan jika ditujukan kepada selain Allah maka
tergolong dalam perbuatan syirik akbar. Sedangkan ibadah maknanya sangat
luas, sebagaimana ulama’ menjelaskan bahwa ibadah itu mencakup seluruh
yang dicintai Allah dan diridhoi oleh Allah, baik itu berupa amalan atau
pun perkataan, baik yang sifatnya tampak (amalan lisan dan anggota
badan) atau tidak tampak (amalan hati). Maka jika ada seseorang yang
bertawakkal (menyandarkan diri, termasuk amalan hati) kepada selain
Allah, maka itu juga tergolong dalam syirik akbar. Meskipun orang
tersebut tidak melakukan amalan berupa sesembahan kepada berhala.
Anggapan bahwa Tidak Perlu Lagi Memperingatakan Umat tentang Syirik Akbar
“Tidaklah perlu lagi kita mendakwahkan
kepada umat islam tentang syirik akbar karena mereka sudah mengucapkan
dua kalimat syahadat” atau “syirik akbar itu kan sudah jelas, lebih baik
kita berdakwah tentang yang lain”, begitulah di antara anggapan yang
tidak benar yang menyebar pada kaum muslimin. Bukanlah demikian yang
diajarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
adalah orang yang sangat takut umatnya terjerumus dalam kesyirikan
sehingga beliau memerintahkan agar tauhid senantiasa didakwahkan dan
syirik senantiasa diperingatkan. Sesungguhanya perbuatan syirik itu
adalah perbuatan yang sangat samar sebagaimana disabdakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kesyirikan itu lebih samar daripada rayapan semut” (HR. Abu Ya’la dan Ibnul Mundzir, Sahih).
Ditambah lagi di zaman ini, perbuatan
yang pada hakikatnya kesyirikan dikemas seakan-akan bukanlah perbuatan
kesyirikan. Perbuatan berdo’a kepada orang solih atau wali yang telah
mati dinamakan sebagai ‘wujud kecintaan kepada orang solih’. Mengunjungi
dan mengharap berkah dari kuburan wali atau orang solih dinamakan
sebagai ‘wisata rohani’ atau ‘wisata religi’. Maka hal ini menunjukkan
bahwa memperingatkan umat islam akan bahaya kesyirikan adalah sesuatu
yang penting. Bahkan peringatan ini semakin lama semakin dibutuhkan
karena perbuatan kesyirikan semakin lama akan semakin merajalela,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak akan terjadi hari kiamat,
sehingga segolongan besar dari ummatku cenderung pada orang-orang
musyrik dan ikut beribadah pada berhala”. (HR.Tirmidzi)
Anggapan bahwa Tobatnya Pelaku Syirik Akbar Tidak Diterima
Diantara anggapan yang tidak benar pula
terkait syirik akbar adalah anggapan bahwa pelaku syirik akbar tidak
akan diterima taubatnya oleh Allah. Anggapan ini tidak benar berdasarkan
firma Allah:
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku
yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya
Allah akan senantiasa menerima taubat seorang hamba selama ruh belum
sampai di tenggorakan (belum dicabut nyawanya)” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, & Tirmidzi, Hasan)
Demikian pembahasan yang singkat ini. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan menyekutukan Allah. Allahu a’lam. [Muhammad Rezki Hr]
Sumber : Buletin At Tauhid Muslim.Or.Id
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar