Para pembaca yang semoga selalu mendapatkan taufik dari Allah Ta’ala.
Allah menciptakan kita, tidaklah untuk dibiarkan begitu saja. Tidaklah
kita diciptakan hanya untuk makan dan minum atau hidup bebas dan gembira
semata. Akan tetapi, ada tujuan yang mulia dan penuh hikmah di balik
itu semua yaitu melakukan ibadah kepada Sang Maha Pencipta. Ibadah ini
bisa diterima hanya dengan adanya tauhid di dalamnya. Jika terdapat
noda-noda syirik, maka batal lah amal ibadah tersebut.
Tauhid adalah Syarat Diterimanya Ibadah
Perlu pembaca sekalian ketahui bahwa
ibadah tidak akan diterima kecuali apabila memenuhi 2 syarat: Pertama,
memurnikan ibadah kepada Allah semata (tauhid) dan tidak melakukan
kesyirikan. Kedua, mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibadah apapun yang tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat ini, maka ibadah tersebut tidak diterima.
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,
”Sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan dengan ikhlas, namun
tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah maka amalan tersebut tidak
diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah sesuai dengan tuntunan
Rasulullah, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak
diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Jaami’ul Ulum wal Hikam)
Ada permisalan yang sangat bagus mengenai syarat ibadah yang pertama yaitu tauhid. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam risalahnya yang berjudul Al Qawa’idul Arba’. Beliau rahimahullah berkata,
”Ketahuilah, sesungguhnya ibadah tidaklah disebut ibadah kecuali dengan
tauhid (yaitu memurnikan ibadah kepada Allah semata, pen). Sebagaimana
shalat tidaklah disebut shalat kecuali dalam keadaan thaharah (baca: bersuci). Apabila syirik masuk dalam ibadah tadi, maka ibadah itu batal. Sebagaimana hadats masuk dalam thaharah.”
Maka setiap ibadah yang di dalamnya
tidak terdapat tauhid sehingga jatuh kepada syirik, maka amalan seperti
itu tidak bernilai selamanya. Oleh karena itu, tidaklah dinamakan ibadah
kecuali bersama tauhid. Adapun jika tanpa tauhid sebagaimana seseorang
bersedekah, memberi pinjaman utang, berbuat baik kepada manusia atau
semacamnya, namun tidak disertai dengan tauhid (ikhlas mengharap ridha
Allah) maka dia telah jatuh dalam firman Allah yang artinya, ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” (Al Furqon : 23). (Abrazul Fawa’id)
Tanpa Tauhid, Amal Ibadah Tidaklah Bernilai
Syaikh rahimahullah membuat permisalan yang sangat mudah dipahami dengan permisalan shalat. Tidaklah dinamakan shalat kecuali adanya thaharah yaitu
berwudhu. Apabila seseorang tidak dalam keadaan berwudhu lalu melakukan
shalat yang banyak, memanjangkan berdiri, ruku’, dan sujudnya, serta
memperbagus shalatnya, maka seluruh kaum muslimin sepakat shalatnya
tidak sah. Bahkan dia dihukumi telah meninggalkan shalat karena agungnya
syarat shalat ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kalian apabila dia berhadats sampai dia berwudhu.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Sebagaimana shalat dapat batal karena tidak adanya thaharah,
maka ibadah juga bisa batal karena tidak adanya tauhid di dalamnya.
Namun syarat ikhlas dan tauhid agar ibadah diterima tentu saja jauh berbeda jika dibanding dengan syarat thaharah agar shalat diterima. Apabila seseorang shalat dalam keadaan hadats dengan sengaja, maka terdapat perselisihan pendapat di antara ulama tentang kafirnya orang ini. Akan
tetapi, para ulama tidak pernah berselisih pendapat tentang kafirnya
orang yang beribadah pada Allah dengan berbuat syirik kepada-Nya (yaitu
syirik akbar) yang dengan ini akan menjadikan tidak ada satu amalnya pun
diterima. (Lihat Syarhul Qawa’idil Arba’, Syaikh Sholeh Alu Syaikh)
Syirik Akbar Akan Menghapus Seluruh Amal
Ingatlah saudaraku, seseorang bisa
dinyatakan terhapus seluruh amalnya (kafir) bukan hanya semata-mata
dengan berpindah agama (alias: murtad). Akan tetapi, seseorang bisa saja
kafir dengan berbuat syirik yaitu syirik akbar, walaupun dalam
kehidupannya dia adalah orang yang rajin melakukan shalat malam. Apabila
dia melakukan satu syirik akbar saja, maka dia bisa keluar dari agama
ini dan amal-amal kebaikan yang dilakukannya akan terhapus. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al An’am: 88). Apabila dia tidak bertaubat darinya maka diharamkan baginya surga, sebagaimana firman-Nya yang artinya, ”Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al Maidah: 72)
Contoh syirik akbar adalah melakukan
tumbal berupa sembelihan kepala kerbau, kemudian di-larung (dilabuhkan)
di laut selatan agar laut tersebut tidak ngamuk (yang kata pelaku
syirik: tumbal tersebut dipersembahkan kepada penguasa laut selatan
yaitu jin Nyi Roro Kidul). Padahal menyembelih merupakan salah satu
aktivitas ibadah karena di dalamnya terkandung unsur ibadah yaitu
merendahkan diri dan tunduk patuh. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.”
(Al An’am: 162). Barangsiapa yang memalingkan perkara ibadah yang satu
ini kepada selain Allah maka dia telah jatuh dalam perbuatan syirik
akbar dan pelakunya keluar dari Islam. (Lihat At Tanbihaat Al Mukhtashot Syarh Al Wajibat)
Syirik Ashgar Dapat Menghapus Amal Ibadah
Jenis syirik yang berada di bawah syirik
akbar dan tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam adalah syirik ashgar
(syirik kecil). Walaupun dinamakan syirik kecil, akan tetapi tetap saja
dosanya lebih besar
dari dosa besar seperti berzina dan mencuri. Salah satu contohnya adalah
riya’ yaitu memamerkan amal ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang
lain. Dosa ini yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
khawatirkan akan menimpa para sahabat dan umatnya. Pada kenyataannya
banyak manusia yang terjerumus di dalam dosa syirik yang satu ini.
Banyak orang yang mengerjakan shalat dan membaca Al Qur’an ingin dipuji
dengan memperlihatkan ibadah yang mulia ini kepada orang lain. Tatkala
orang lain melihatnya, dia memperpanjang ruku’ dan sujudnya dan dia
memperbagus bacaannya dan menangis dengan dibuat-buat. Semua ini
dilakukan agar mendapat pujian dari orang lain, agar dianggap sebagai
ahli ibadah dan Qori’ (mahir membaca Al Qur’an).
Wahai saudaraku, waspadalah terhadap jerat setan yang dapat membatalkan amal ibadahmu ini!! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, ”Allah
berfirman: Aku itu paling tidak butuh sekutu. Barangsiapa melakukan
suatu amalan lantas dia mencampurinya dengan berbuat syirik di dalamnya
dengan selain-Ku, maka Aku akan tinggalkan dia bersama amal syiriknya itu.”
(HR. Muslim). Apabila ibadah yang dilakukan murni karena riya’, maka
amal tersebut batal. Namun apabila riya’ tiba-tiba muncul di pertengahan
ibadah lalu pelakunya berusaha keras untuk menghilangkannya, maka hal
ini tidaklah membatalkan ibadahnya. Namun apabila riya’ tersebut tidak
dihilangkan, malah dinikmati, maka hal ini dapat membatalkan amal
ibadah.
Wahai saudaraku, bersikaplah sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis salam -kekasih Allah yang bersih tauhidnya dari perbuatan syirik-. Beliau masih berdo’a kepada Allah: ”Jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.”
(Ibrahim: 35). Jika beliau yang sempurna tauhidnya saja masih takut
terhadap syirik, tentu kita semua yang miskin ilmu dan iman tidak boleh
merasa aman darinya. Ibrahim At Taimi berkata: ”Dan siapakah yang lebih
merasa aman tertimpa bala’ (yaitu syirik) setelah Nabi Ibrahim.” Tidaklah seseorang merasa aman dari syirik kecuali dia adalah orang yang paling bodoh tentang syirik. (Fathul Majid)
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari
menyekutukan-Mu sedang kami mengetahuinya dan kami memohon ampunan
kepada-Mu atas sesuatu yang kami tidak mengetahuinya. [Muhammad Abduh
Tuasikal]
Sumber : Buletin At Tauhid Muslim.Or.Id
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar